1. Orang Burhani, lebih mengutamakan akal dalam mengkaji suatu problematika. Maka dengan sendirinya akan melahirkan seorang pemikir (Filosof)
2. Orang Bayani, memahami al Qur'an secara tekstual, bukan secara kontekstual yang relevan dengan kemajuan zaman, maka dengan sendurinya akan melahirkan ahli Fiqh.
3. Orang Irfani, lebih mengutamakan hati dalam memahami Ayat al Qur'an, maka dengan sendirinya akan melahirkan kaum Sufi.
Dan dari ke-3 golonngan itu kita tahu ketiganya tidaklah Integral, terdapat dikotomi diantara ke-3-nya. Sehingga satu dengan yang lainnya saling mencela dan menyalahkan, tidak ada persepsi yang sama terhadap ke-3-nya. Dengan fenomenal ini, kita tentunya harus memahami, di dalam Islam sendiri tatkala ada hal yang tidak sinergi dengan yang dikehendaki Allah, kita harus mencoba untuk mengintegrasikan ke-3-nya agar sebagai ummat Islam kita mempunyai satu tujuan yang jelas yaitu kebangkitan Islam, walaupun pada prakteknya memang sangat sulit di lakukan.
Nah....inilah skema secara umum pembagian/pemisahan/dikotomi ilmu pengetahuan Agama dan Umum.
Allah SWT menurunkan ayatnya di Dunia ini, bukan hanya ayat Qauliyah (ayat kecil) saja, kenapa saya bilang ayat kecil....?
Kalau kita merujuk dari keseluruhan ayat al Qur'an, bisa kita ketahui dari 6.666 ayat al Qur'an yang merupakan ayat-ayat ahkam sekitar 300 ayat. Dan ayat inilah yang dikaji oleh ulama, dengan berbagai literatur ilmu baik ilmu fiqh, mu'amalah, syari'ah, hukum, tafsir dan sebagainya. Maka ana katakan tatkala kita hanya memandang ayat-ayat Allah dari kacamata ahkam saja tentu kita akan merugi. Karena kita tentu sangat mengetahuinya, disamping ayat kauliyah ada ayat lain yang patut kita jadikan perhatian dalam hidup kita, yaitu ayat kauniyah. Alam beserta isinya, laut, gunung, lembah, padang pasir, tumbuhan, hewan, bahkan sampai ruang angkasa dengan segala macam planetnya merupakan ayat kauniyahnya Allah SWT.
Kita tidak bisa memungkirinya, bahwa semua itu adalah sebagian kecil dari nikmat Allah.
Dari ayat ini kita bisa simpulkan, jika kita bernota bene sebagai seorang ulama, kita tidak bisa menfyikan ayat-ayat Allah yang ada di muka bumi ini, karena semuanya bagian dari nikmat-Nya.
Namaun permasalahan Kontemporer yang kita hadapi sekarang ini adalah, bahwasanya kita sebagai manusia yang ada di salah satu dari cabang ilmu tersebut bersikap arogan terhadap apa yang kita kuasai. Ilmuan terkadang tidak menggunakan hasil temuannya sesuai dengan apa yang di inginkan al Qur'an, sementara ulama acuh tak acuh terhadap penemuana-penemuan baru di bidang Iptek.
Seyogyanya, keduanya bisa berjalan bersamaan dengan cara saling memperkaya, saling saling mengerti dan memahami dan sinergi satu sama lain.
Tatkala keduanya saling melengkapi, saya rasa kebangkitan Islam akan mulai mengembangkan sayapnya menuju kejayaan. Jika kita bernostagia dengan sejarah ilmuan-ilmuan islam, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusd, dll. Mereka tidak hanya menguasai satu rumpun ilmu, akan tetapi mensinergikan ilmu umum dan Ilmu agama secara bersamaan.
Kitalah generasi penerus agama yang hanif ini, mari kita isi segala aktivitas kita demi menuju kejayaan islam.
Satu kata " TIDAK ADA DIKOTOMI ILMU DI DALAM ISLAM"
Adm : Rudi
0 komentar:
Posting Komentar