Sabtu, 26 November 2011
Topeng Monyet
Ironis memang........situasi kota Jakarta yang penuh dengan seabrek Fenomena kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi keseimbangan tersedianya lapangan pekerjaan, membuat semakin rendahnya perekonomian dan semakin banyaknya pengangguran. Di Jakarta khususnya, Ibukota tempat saya bernaung mencari ilmu ini ,berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dengan dalih "mencari sesuap nasi" sampai-sampai melegalkan cara-cara yang menurut saya tidak berperi kehewanan. Sebut saja Topeng Monyet.
Hari ini, Minggu, 26-11-2011, sepulangnya dari mengajar Privat Al-qur'an sehabis sholat magrib, tibalah saya disebuah persimpangan Mol Pejaten Village. Sedih bercampur iba Saya melihat seekor kera yang terikat dengan rantai, memakai topeng boneka, menegadahkan tangannya,menoleh kesana kemari, memperhatikan satu-demi satu setiap orang yang berhenti disimpang lampu merah sembari menunggu lampu hijau. Tak jauh dari situ kira-kira 3 meter duduklah pemilik kera sembari mengayunkan rantai yang terikat erat leher sang kera. Kalau saja sang kera tidak mau bekerja (pindah dari tempatnya mangkal), secara otomatis sang tuan langsung menggerak-gerakkan rantai yang menurut saya lebih tepat sejenis cambuk paksaan yang tentu saja sangat menyakitkan si kera. Dengan tergopoh-gopoh sikera segera kembali ke tempat dia bekerja karena takut akan kemarahan atau takut tidak di beri makan sang tuan. Tidak jarang ada yang memberikan uang 1000/2000 rupiah yang menurut saya orang yang dermawan ini kasihan terhadap kera yang di siksa tuannya itu, bukan secara khusus diberikan kepada pemilik kera tersebut.
Mencari penghasilan diatas penderitaan hewan inilah kata yang lebih tepat untuk ungkapan orang yang bekerja sebagai pawang topeng monyet. Monyet dilatih sedemikian rupa sehingga patuh terhadap semua perintah tuannya, kadang-kadang melakukan atraksi yang membuat tertawa orang-orang yang melihatnya.
Sulitnya pekerjaan membuat mereka terpaksa melakukan pekerjaan itu. Dengan penghasilan yang tidak seberapa, bilanglah 20-30 rb perhari, manalah cukup bagi mereka untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi bagi mereka yang telah berkeluarga, lebih-lebih dengan mahalnya bahan makanan pokok di ibukota ini.
Dengan seringnya kita mengamati Ayat kauniyah ini, seharusnya membuat kita sadar akan besarnya kasih sayang Allah kepada kita yang mempunyai kecukupan, khususnya dalam bidang ekonomi. Semoga saja Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi berbagai masalah kemiskinan yang menimpa negara kita yang makmur ini.
Label:
Bertualang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar