Musuh-musuh Islam dari abad ke abad selalu berusaha merusak akhlaq ummat Islam. Dengan alasan, jika akhlaq ummat telah rusak, maka mudahlah merusak aqidah mereka.
Musuh-musuh Islam –utamanya Yahudi & Nasrani- selalu mencari jalan untuk menjauhkan ummat Islam dari agamanya sampai akhirnya kafir alias murtad. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman saat membongkar dan menampakkan isi hati mereka, artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah, itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqoroh: 120).
Di antara obyek atau target yang mereka prioritaskan adalah kaum wanita. Mereka paham bahwa jika wanita rusak, maka kaum lelaki akan terpengaruh dan menjadi rusak karenanya. Sebab wanita adalah fitnah yang sangat dahsyat yang dapat menyeret kaum lelaki dalam kemaksiatan dan penyimpangan.
Sebagaimana yang pernah disebutkan oleh Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam dalam sabdanya, “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Lantaran itu, waspadailah dunia, dan waspadailah wanita, sebab awal fitnah di kalangan Bani Isra’il adalah pada wanita”. [HR. Muslim dalam Adz-Dzikr wa Ad-Du’a’ (no.6883)].
Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya atas kaum lelaki setelahku daripada wanita”. [HR. Al-Bukhari dalam An-Nikah (no. 5096), dan Muslim dalam Adz-Dzikr wa Ad-Du’a’ (no. 7880 & 6881)].
Al-Imam al-Mubarkafuriy Rahimahulloh berkata dalam menjelaskan sebab yang menjadikan wanita sebagai fitnah (ujian) terbesar bagi kaum laki-laki, “Sebab tabiat manusia seringnya condong kepada wanita, dan seringnya terjerumus ke dalam perkara yang haram gara-gara wanita. Manusia melakukan perang dan permusuhan karena wanita. Minimalnya wanita mendorong seseorang untuk cinta dunia. Nah, kerusakan apakah yang lebih berbahaya daripada ini (cinta dunia)?” [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (7/89)].
Wanita adalah ujian terbesar bagi kaum lelaki sehingga telah tercatat dalam sejarah bahwa sebagian masalah yang timbul karena berawal dari wanita, seperti perang kabilah, perang antar negara, putusnya hubungan antara seorang dengan orang lain, karena wanita, dan lain-lain.
Fitnah wanita di zaman ini semakin merajalela dan menjadi-jadi dengan adanya emansipasi wanita. Kini tidak sedikit wanita-wanita yang berkarier di luar rumah yang akhirnya menjadi sebab munculnya berbagai maksiat.
Sungguh sangat ironi melihat para wanita kita saat ini, menjadi pajangan dan pemuas syahwat kaum lelaki berhidung belang!!? Panti-panti pijat dan panti maksiat lainnya pun tak lepas dari wanita yang menjadi obyeknya.
Dahulu wanita begitu terhormat dan terjaga, yakni di zaman Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seterusnya. Lihatlah bagaimana Allah memuliakan dan menjaga para wanita dengan syari’at hijab dalam firmanNya, artinya, “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.p (QS. Al-Ahzab : 59).
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (QS. Al-Ahzab : 33).
Ayat yang kedua merupakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar para wanita hendaklah menetap di rumah; kecuali jika ada keperluan yang dibenarkan oleh syara’. Hal itu demi menjaga kesucian dan kehormatan mereka dan bukan sebagai kungkungan dan penjara sebagaimana yang dipropagandakan oleh orang-orang kafir. Dan keluarnya mereka pun disertai dengan adab-adab islami. Seperti dengan mahramnya, mengenakan hijab yang syar’i, yakni sifatnya longgar, tidak ketat, dan tidak transparan atau tipis, tidak mengundang perhatian kaum lelaki, dan tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir atau kaum laki-laki. Begitu juga bukan sekedar hijab atau jilbab yang banyak dikenakan oleh sebagian wanita-wanita muslimah hari ini, yakni tidak menutupi dada-dada mereka, ketat, transparan, motif dan warna yang mencolok dan menarik perhatian para lelaki. Cara berpakaian seperti itu tercela di dalam Islam. Inilah yang diistilahkan oleh Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam dengan ‘berpakaian, tapi telanjang’.
Rasulullah Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Jika seorang wanita keluar dari peraduannya untuk hal-hal yang tidak urgen, maka disinilah setan memulai makar dan aksinya. Jabir Rodhiyallohu 'Anhu berkata, “Rasulullah Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam pernah melihat seorang wanita, lalu beliau mendatangi istrinya, Zainab yang sedang menyamak kulit miliknya. Lalu Beliau menyelesaikan hajatnya (berjimak), kemudian keluar menuju para sahabatnya seraya bersabda, ‘Sesungguhnya wanita datang dalam rupa setan, dan pergi dalam rupa setan. Jika salah seorang diantara kalian melihat seorang wanita (yang mengagumkan), maka hendaknya ia mendatangi istrinya, karena hal itu akan menolak sesuatu (berupa syahwat) yang terdapat pada dirinya’.” [HR. Muslim (no.3393), Abu Dawud (no.2151), dan at-Tirmidzi (no.1158)].
Al-Imam Syamsul Haqq al-Azhim Abadi Rahimahulloh berkata menjelaskan tentang hadits ini, “Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam menyerupakan wanita dengan setan dalam sifat waswasah (membisikan kejahatan), dan menggelincirkan orang, karena melihat wanita dari segala sisi adalah pengundang dan pemicu terjadinya kerusakan”. [Lihat Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud (6/148-149), cet. Darul Fikr, 1415 H].
Al-Imam An-Nawawi Rahimahulloh berkata, “Para ulama berkata, ‘Jadi, wanita itu serupa dengan setan dalam mengajak kepada kejelekan dengan bisikan dan menghiasi kejelekan. Maka dapat diambil sebuah hukum dari hadits ini bahwa seorang wanita seharusnya tidak keluar di antara kaum lelaki, kecuali ada hajat yang mendesak, dan seyogyanya kaum lelaki menundukkan pandangan dari melihat pakaiannya, dan memalingkan pandangan darinya secara mutlak”. [Lihat Syarh Shahih Muslim (9/181)].
Demikianlah para wanita di zaman Nabi Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya. Mereka menganjurkan para wanita agar tetap berada di rumahnya dalam beraktifitas demi menjaga kesucian dirinya. Beliau tidak memerintahkan para wanita keluar dari rumah, kecuali ada hajat mendesak. Sebab keluarnya para wanita seperti untuk bekerja di sekitar kaum lelaki akan menimbulkan berbagai macam fitnah, sebagaimana yang kita saksikan hari ini, seperti maraknya prostitusi, selingkuh, zina, pacaran, hubungan gelap, keretakan rumah tangga, pembunuhan, peperangan, permusuhan, dan sederet kemaksiatan lainnya..
Banyaknya pengangguran di kalangan kaum lelaki, dan banyaknya lelaki dewasa yang melajang disebabkan lapangan pekerjaannya “direbut” oleh kaum wanita. Dampak dari semua itu semakin meningkatlah tingkat kejahatan dan maraknya kemaksiatan.
Propaganda ‘emansipasi wanita’ mendorong para wanita untuk keluar dari rumah, berkarier, dan lain sebagainya, demi menyaingi kaum lelaki yang selama ini menurut sangkaan mereka bahwa kaum lelaki telah melakukan monopoli, menzhalimi hak kaum wanita, dan propaganda lainnya seperti Islam seakan-akan mengajari ummatnya untuk menzhalimi kaum wanita. Padahal tidaklah demikian, bahkan Islam menjunjung tinggi hak para wanita.
Sumber : Al Sofwah
0 komentar:
Posting Komentar